99 Quotes Patah Hati Terbaru, Cara Memulihkan Batin yang Terluka


Postingan.com — Rasanya memang berat. Ketika sesuatu yang kamu pikir akan jadi 'selamanya', ternyata punya tanggal kedaluwarsa. Dunia yang tadinya penuh warna, mendadak jadi monokrom. Hening di kamarmu terasa lebih menusuk daripada kebisingan di luar. Patah hati, apa pun bentuknya—ditinggalkan, dikhianati, atau sekadar sadar bahwa ceritanya harus usai—selalu meninggalkan jejak yang dalam. Ini adalah duka universal yang hampir semua orang pernah rasakan.

Tapi, kamu tidak sendirian.

Rasa sakit itu valid. Rasa sesak di dada itu nyata. Terkadang, yang kita butuhkan di tengah badai itu adalah kata-kata. Bukan untuk menggurui, tapi untuk menemani. Untuk membuat kita merasa 'Oh, ada juga yang merasakan ini'. Artikel ini bukan sekadar kumpulan quotes patah hati. Ini adalah peta perjalanan untuk melaluinya. Kita akan membedah setiap fase, dari remuk redam hingga bangkit utuh, ditemani kata-kata yang mungkin bisa mewakili isi kepalamu yang paling kalut.

Sebab, pada akhirnya, luka ada bukan untuk dihindari, tapi untuk dipahami. Dan dari pemahaman itulah, proses penyembuhan dimulai. Mari kita selami bersama, satu per satu.

Fase Pertama: Memvalidasi Luka (Saat Semuanya Terasa Runtuh)

Ini adalah fase terberat. Fase di mana realitas menghantam tanpa ampun. Rasanya seperti baru saja terjadi, entah itu semenit atau sebulan yang lalu. Di fase ini, jangan paksa diri kamu untuk "baik-baik saja". Itu omong kosong. Masyarakat mungkin menuntutmu untuk cepat bangkit, tapi batinmu butuh waktu untuk memproses reruntuhan. Kamu berhak untuk tidak baik-baik saja.

Mengapa Kita Butuh Kata-Kata Saat Terluka?

Karena kata-kata membantu kita memberi nama pada rasa sakit yang abstrak. Kekacauan emosi yang terasa seperti benang kusut itu butuh diurai. Saat kamu membaca sebuah kutipan yang "kamu banget", rasanya beban di pundak sedikit terangkat. Kamu merasa dipahami. Ini adalah langkah awal yang krusial: mengakui bahwa kamu sedang terluka, dan itu wajar.

Quotes Patah Hati Tentang Kehilangan dan Kekecewaan

Berikut adalah kata-kata untuk menemani rasa sesak di awal perjalanan. Ini adalah 25 elegi untuk sebuah akhir:

  1. Ceritanya sudah jadi arsip, tapi kenangannya masih jadi notifikasi harian.
  2. Kita salah. 'Selamanya' itu ternyata kata sifat, bukan kata kerja yang bisa diusahakan.
  3. Fisikmu sudah beranjak, tapi bayanganmu masih menetap, menolak pindah dari ruang tamu ingatanku.
  4. Hujan di luar hanya membasahi jendela. Air mata di dalam menenggelamkan seisi rumah.
  5. Ponsel yang hening adalah kuburan dari percakapan yang dulu tak pernah tidur.
  6. Rindu adalah tamu paling tidak sopan. Datang tiba-tiba, memberantakkan segalanya, lalu pergi tanpa pamit.
  7. Ada yang hilang, tapi aku terlalu lelah untuk mencari. Aku hanya duduk diam, berharap ia pulang sendiri.
  8. Kita kembali jadi dua orang asing, dengan satu perbedaan: kita saling tahu rahasia terdalam satu sama lain.
  9. Kenangan manismu kini bermetamorfosis. Dulu madu, sekarang racun yang bekerja pelan-pelan.
  10. Kamu jago sekali. Mengajariku terbang, lalu mematahkan sayapku di ketinggian.
  11. Kita bertemu sebagai 'kita'. Kita berpisah sebagai 'katanya kamu' dan 'katanya aku'.
  12. Sakitnya bukan karena perpisahan ini. Sakitnya adalah menyadari semua janji itu kini jadi monumen kebohongan.
  13. Laci ingatanku penuh olehmu. Tak ada ruang tersisa untuk hari esok.
  14. Bagian terberat: menghapus fotomu bukan karena benci, tapi karena terlalu cinta untuk terus tersakiti.
  15. Tawamu yang dulu jadi soundtrack hariku, kini jadi musik pengiring di cerita orang lain.
  16. Aku berhenti, bukan karena lelah berjuang, tapi karena sadar sedang berjuang sendirian.
  17. Pelajaran hari ini: 'Aku janji' adalah kalimat fiksi paling meyakinkan yang pernah kutulis.
  18. Lagu favorit kita kini berubah fungsi. Dulu pemanis, sekarang pemicu tangis.
  19. Evolusi status: dari prioritas, jadi opsi, lalu jadi histori.
  20. Notifikasi darimu adalah satu-satunya keajaiban yang kutunggu, dan satu-satunya kemustahilan yang kuyakini.
  21. Selamat pagi, rindu. Mari kita berkolaborasi lagi hari ini, berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja.
  22. Melihatmu bahagia tanpaku adalah kenyataan pahit yang harus kutelan, agar aku bisa mulai meracik bahagiaku sendiri.
  23. Kukira ini dermaga. Ternyata aku hanya kapal yang singgah untuk mengisi bahan bakar, lalu diperintahkan berlayar lagi.
  24. Jarak terjauh bukanlah kilometer. Jarak terjauh adalah kita yang duduk bersebelahan, tapi hati sudah di benua berbeda.
  25. Harapan adalah sarapan paling mewah bagi mereka yang siap menghadapi kenyataan pahit saat makan siang.

Tips: Menangis Itu Perlu, Jangan Ditahan

Menangis bukan tanda kelemahan. Itu adalah respons biologis tubuhmu untuk melepaskan stres dan kortisol. Ibaratnya, itu cara tubuhmu 'mencuci' luka, mengeluarkan racun emosional. Jadi, jika kamu ingin menangis di kamar mandi, di bawah bantal, atau sambil mendengarkan lagu sedih, lakukan saja. Jangan ditahan. Validasi perasaanmu sendiri sebelum kamu mencari validasi dari orang lain. Beri dirimu izin untuk berduka.

Perlahan, setelah badai air mata itu mereda, kamu akan mulai melihat sedikit lebih jernih. Meskipun masih kabur, setidaknya kamu tahu kamu masih bernapas. Dan dari napas itulah, kita akan melangkah ke fase berikutnya: mencoba menerima apa yang sudah terjadi.

Fase Kedua: Proses Merelakan (Melepas yang Tak Lagi Menggenggam)

Setelah tangismu mulai mengering, biasanya yang datang adalah kehampaan. Fase di mana kamu mulai mempertanyakan banyak hal. "Kenapa harus berakhir?" "Salahku di mana?" "Bisakah diperbaiki?" Ini adalah fase tawar-menawar (*bargaining*) dan depresi. Tapi, ini juga fase di mana proses 'merelakan' mulai diuji. Ini adalah proses paling alot.

Merelakan bukan berarti melupakan. Kamu tidak akan pernah lupa. Merelakan adalah tentang menerima bahwa itu terjadi, bahwa ceritanya sudah selesai, dan hidupmu harus terus berjalan tanpanya. Ini tentang memindahkan kenangan itu dari 'ruang utama' ke 'gudang arsip' di hatimu.

Sulitnya Menerima Kenyataan

Sangat wajar jika kamu masih sering *check* media sosialnya. Sangat wajar jika kamu masih berharap dia akan menghubungimu. Otak kita terprogram untuk mencari kenyamanan, dan 'dia' adalah kenyamananmu. Tapi kenyataannya, kenyamanan itu sudah tidak ada. Menerima ini butuh kekuatan besar untuk melawan instingmu sendiri.

Quotes Patah Hati Tentang Melepaskan (Letting Go)

Kata-kata ini mungkin terasa pahit di lidah, tapi menyehatkan untuk batin. Ini adalah 25 mantra untuk melepaskan:

  1. Merelakan adalah seni menerima bahwa beberapa halaman harus dibalik, meski kamu belum selesai membacanya.
  2. Aku menutup pintu. Bukan untuk menguncimu di luar, tapi untuk melindungi diriku yang ada di dalam.
  3. Beberapa cerita memang harus tamat di tengah jalan, agar kita tidak ikut 'tamat' bersamanya.
  4. Melepaskanmu adalah paradoks terbesar: cara tersulit untuk mencintai diriku sendiri.
  5. Kamu berhak atas cerita baru, dan penulisnya tidak boleh orang yang sama dengan yang merobek halaman cerita lamamu.
  6. Ikhlas adalah level tertinggi kedamaian: saat kamu mendoakannya bahagia, bahkan jika sumber bahagianya bukan lagi kamu.
  7. Jangan simpan bara api di genggaman hanya karena dulu ia pernah hangat. Lepaskan, meski melepuh. Itu awal sembuh.
  8. Dia memilih pergi. Tugasmu bukan menariknya kembali, tapi melebarkan jalan keluarnya.
  9. Hatimu itu rumah, bukan halte. Jangan biarkan siapapun menjadikannya tempat tunggu.
  10. Terkadang, 'cukup' adalah jawaban paling berani yang bisa kamu ucapkan.
  11. Bukan dia yang jahat. Mungkin ekspektasimu saja yang terlalu baik, melukisnya dengan warna yang tidak ia miliki.
  12. Menggenggam kenangan itu seperti menggenggam pasir. Semakin erat, semakin banyak yang terlepas.
  13. Memaafkan bukan hadiah untuk dia. Itu adalah surat pembebasan untuk dirimu sendiri dari penjara kebencian.
  14. Kamu tidak kehilangan dia. Kamu hanya kembali utuh menjadi dirimu sendiri, sebelum dia datang.
  15. Beberapa orang memang dihadirkan Tuhan bukan untuk jadi pasangan hidup, tapi untuk jadi pelajaran hidup.
  16. Jangan bakar jembatan. Cukup sadari bahwa kamu tidak perlu menyeberanginya lagi.
  17. Cinta yang sehat tidak akan membuatmu terus-menerus mempertanyakan apakah kamu cukup baik.
  18. Dia bukan 'satu-satunya'. 'Satu-satunya' adalah dirimu. Jangan korbankan itu.
  19. Ini bukan akhir dunia. Ini hanya akhir dari dunianya bersamamu. Duniamu sendiri masih menunggu.
  20. Berhenti menyirami tanaman yang sudah jelas-jelas mati. Itu membuang-buang air matamu.
  21. Terima kasih sudah pernah singgah. Sekarang, izinkan aku melanjutkan perjalanan, sendiri.
  22. Bagian terberat dari merelakan adalah membiasakan diri memulai pagi, tanpa ucapan 'selamat pagi' darinya.
  23. Biarkan dia jadi pelajaran mahal, bukan jadi penyesalan seumur hidup.
  24. Kamu tidak akan bisa menulis bab baru, jika tanganmu masih sibuk membolak-balik halaman lama.
  25. Cukup. Hatimu sudah bekerja terlalu keras. Ia butuh istirahat.

Tips: Memulai Detoks Digital dari Mantan

Ini mungkin tindakan paling konkret dan paling sulit. Berhenti mencari tahu. Rasa penasaranmu adalah racun. *Mute*, *unfollow*, atau bahkan *block* jika perlu. Bukan karena benci atau tidak dewasa, tapi karena kamu butuh ruang steril untuk sembuh. Bagaimana kamu bisa melangkah maju jika matamu terus melihat ke belakang? Beri jarak pada dirimu. Semakin sedikit kamu tahu tentang hidup barunya, semakin cepat kamu fokus pada hidupmu sendiri.

Proses melepaskan ini adalah tentang mengambil kembali kendali atas dirimu. Ini tentang memilih kedamaian batinmu di atas rasa penasaran yang menyakitkan. Dan ketika kamu sudah mulai bisa mengendalikan jarimu untuk tidak *stalking*, kamu siap untuk fase selanjutnya: membangun kembali.

Fase Ketiga: Membangun Kembali (Menemukan Diri Pasca Badai)

Selamat, kamu berhasil melewati dua fase tergelap. Sekarang, kamu berada di fase di mana lukanya mungkin masih basah, tapi sudah tidak berdarah-darah lagi. Ini adalah waktu untuk 'rekonstruksi'. Waktu untuk bertanya: "Siapa aku tanpa dia?" Ini adalah fase kebangkitan.

Ini adalah bagian yang menyenangkan sekaligus menakutkan. Kamu punya kanvas kosong. Kamu bisa melukis apa saja di atasnya. Kamu bukan lagi 'separuh' dari 'kalian', kamu adalah 'satu' yang utuh. Ini adalah kesempatan emas untuk *self-discovery*.

Siapa Kamu Tanpa Dia?

Mungkin selama ini kamu lupa makanan favoritmu karena terlalu sibuk mengingat makanan favoritnya. Mungkin kamu berhenti melakukan hobimu karena dia tidak menyukainya. Mungkin kamu melupakan teman-temanmu. Sekarang, saatnya mengambil kembali semua itu. Temukan lagi dirimu yang hilang. Jatuh cintalah lagi, tapi kali ini, pada dirimu sendiri.

Quotes Patah Hati Tentang Motivasi dan Bangkit Lagi

Biarkan kata-kata ini jadi bahan bakarmu untuk bangkit. Ini adalah 25 cetak biru untuk dirimu yang baru:

  1. Patah hati adalah gempa bumi yang meruntuhkan bangunan lama, agar kamu bisa membangun fondasi baru yang lebih kokoh.
  2. Kamu harus hancur berkeping-keping terlebih dahulu untuk melihat kepingan mana yang asli dirimu.
  3. Bukan dia yang hilang. Justru kamu yang akhirnya ditemukan.
  4. Balas dendam terbaik bukanlah kebencian. Balas dendam terbaik adalah menjadikan dirimu versi terbaik yang pernah ada.
  5. Jangan sesali hati yang patah. Itu tanda bahwa kamu cukup berani untuk mencoba mencintai.
  6. Jangan biarkan satu bab buruk merusak keseluruhan novel indah hidupmu.
  7. Kamu sudah utuh jauh sebelum bertemu dengannya. Kamu tidak butuh dia untuk melengkapimu.
  8. Fokus pada 'upgrade' diri, bukan pada 'move on'. 'Move on' akan jadi efek samping dari dirimu yang baru.
  9. Sembuh bukanlah tentang menemukan rumah baru di hati orang lain, tapi tentang merenovasi rumah di dalam dirimu sendiri.
  10. Dia kehilangan seseorang yang tulus. Kamu? Kamu hanya kehilangan seseorang yang tidak pernah benar-benar menghargaimu.
  11. Sendiri bukan berarti kesepian. Itu berarti kamu sedang dalam masa tenang untuk mendengarkan suaramu sendiri.
  12. Alihkan energi membencinya menjadi energi untuk membangun dirimu. Itu jauh lebih produktif.
  13. Cahaya baru hanya bisa masuk ke ruangan yang jendelanya berani kamu buka.
  14. Jatuh itu bagian dari perjalanan. Yang membedakan pemenang adalah caranya bangun lagi.
  15. Terkadang, kehilangan adalah keberuntungan yang sedang menyamar.
  16. Waktunya 'glow up'. Bukan untuk pamer padanya, tapi untuk menghargai dirimu sendiri.
  17. Jangan pernah kembali ke sesuatu yang sudah jelas-jelas merusakmu. Itu bukan cinta, itu sabotase diri.
  18. Dirimu di masa depan sedang berterima kasih pada dirimu yang sekarang karena tidak menyerah.
  19. Kamu jauh lebih kuat dari rasa sakit yang kamu rasakan saat ini.
  20. Cintai dirimu seperti kamu ingin dicintai. Setel standar itu tinggi-tinggi.
  21. Satu pintu tertutup paksa, itu karena semesta sedang membukakan sebuah gerbang untukmu.
  22. Jadikan sakit hatimu sebagai bahan bakar. Ubah racun itu menjadi kekuatan.
  23. Tujuanmu sekarang bukan mencari pengganti. Tujuanmu adalah menemukan kembali dirimu yang asli.
  24. Investasi terbaik pasca patah hati adalah investasi leher ke atas: isi otakmu, perbaiki hatimu.
  25. Mereka yang pergi hanya memberi ruang untuk mereka yang lebih baik, yang memang pantas untuk tinggal.

Tips: Temukan Hobi Baru, Cintai Diri Sendiri Dulu

Lakukan sesuatu yang selalu ingin kamu coba tapi tertunda. Ikut kelas yoga, belajar bahasa baru, mendaki gunung, atau sekadar merapikan kamarmu dan mengecat ulang dindingnya. Lakukan hal-hal kecil yang membuatmu merasa 'hidup' dan produktif. Rawat tubuhmu. Makan enak, olahraga, tidur cukup. Self-love bukan konsep abstrak; itu adalah tindakan nyata merawat fisik dan mental diri sendiri setiap hari.

Saat kamu sibuk membangun dirimu, kamu tidak punya waktu lagi untuk meratapi masa lalu. Kamu terlalu sibuk menjadi versi baru yang lebih baik. Dan dari situlah, pertumbuhan sejati dimulai.

Fase Keempat: Sembuh dan Tumbuh (Pelajaran dari Patah Hati)

Ini adalah fase terakhir. 'Sembuh' bukan berarti kamu lupa 100% atau tidak merasakan sakit sama sekali saat teringat. Sembuh berarti kamu bisa mengingatnya tanpa merasa hancur. Kamu bisa melihatnya sebagai bagian dari sejarahmu, sebuah arsip, bukan sebagai akhir dari duniamu.

Ini adalah fase *post-traumatic growth*—tumbuh dari trauma. Kamu menyadari bahwa luka itu ternyata membentukmu jadi lebih bijak, lebih kuat, dan lebih punya empati. Kamu tidak hanya kembali ke dirimu yang lama, kamu berevolusi menjadi versi yang lebih baik.

Luka yang Menjadi Pelajaran Hidup

Setiap patah hati membawa pelajaran. Mungkin kamu belajar tentang *red flags* yang selama ini kamu abaikan. Mungkin kamu belajar tentang pentingnya komunikasi dan batasan. Atau mungkin, pelajaran terbesarnya adalah kamu belajar tentang seberapa kuat dirimu sebenarnya. Kamu belajar bahwa kamu bisa selamat, bahkan dari badai terburuk sekalipun.

Quotes Patah Hati yang Bijak dan Menguatkan

Untuk kamu yang sudah di ambang pintu kesembuhan. Ini adalah 24 afirmasi kedamaian:

  1. Luka ini jadi kompas. Terima kasih, kini aku tahu arah mana yang tidak boleh kutempuh lagi.
  2. Sembuh adalah ketika kamu bisa menyentuh bekas luka itu tanpa meringis kesakitan.
  3. Hati yang patah, jika dirawat dengan benar, akan menumbuhkan mozaik yang lebih indah dari sebelumnya.
  4. Ternyata, bahagia yang kucari selama ini ada di dalam diriku sendiri, bukan di genggaman orang lain.
  5. Itu bukan kegagalan. Itu adalah pelajaran dengan biaya yang sangat mahal.
  6. Luka itu kini jadi tanda pengingat, bukan lagi sumber sakit yang menganga.
  7. Beberapa 'selamat tinggal' adalah 'selamat datang' yang terselubung untuk dirimu yang baru.
  8. Aku tidak membencimu. Aku hanya berterima kasih, tanpamu, aku tidak akan sekuat ini.
  9. Sendiri adalah pilihan sadar, bukan lagi kondisi terpaksa.
  10. Hati yang baru bukanlah hati yang polos. Hati yang baru adalah hati yang bijak karena pengalaman.
  11. Kamu selamat. Kamu berhasil. Tarik napas. Nikmati kemenangan kecil ini.
  12. Terkadang, takdir memisahkan kita dari seseorang untuk menyelamatkan kita dari masa depan yang salah.
  13. Siap untuk cerita baru, dengan standar yang lebih tinggi dan hati yang lebih utuh.
  14. Bekas luka ini adalah medali, bukti bahwa aku pernah berjuang dan aku menang.
  15. Mencintai diri sendiri adalah awal dari romansa paling setia yang akan berlangsung seumur hidup.
  16. Aku sudah memaafkanmu. Dan yang lebih penting, aku sudah memaafkan diriku sendiri karena pernah membiarkan itu terjadi.
  17. Dia bukan akhir dunia. Dia hanya persimpangan yang salah di perjalanan panjang ini.
  18. Bab itu sudah selesai. Indah pada masanya, tapi sudah waktunya ditutup.
  19. Damai. Itu kata kuncinya. Apapun yang merenggut kedamaianmu, itu terlalu mahal harganya.
  20. Terima kasih telah membantuku menemukan bahwa aku bisa berdiri di kakiku sendiri, bahkan lebih tegak.
  21. Dulu aku 'membutuhkanmu'. Sekarang aku 'mencukupkan' diriku sendiri.
  22. Hati ini sudah penuh lagi. Bukan oleh orang baru, tapi oleh diriku sendiri.
  23. Yang patah akan tumbuh, yang hilang akan berganti. Itu hukum alam yang pasti.
  24. Aku siap. Bukan untuk cinta yang baru, tapi untuk hidup yang baru.

Tips: Siap Membuka Halaman Baru

Di fase ini, kamu mungkin mulai merasa siap untuk membuka hati lagi. Tapi jangan buru-buru. Nikmati dulu dirimu yang baru. Pastikan kamu membuka hati bukan karena kesepian, tapi karena kamu sudah 'penuh' dan siap untuk berbagi kebahagiaan, bukan untuk mencari kebahagiaan. Kamu kini punya standar baru, dan itu adalah hal yang sangat baik. Jangan turunkan standarmu hanya karena sepi.

Penyembuhan batin adalah perjalanan yang sangat personal dan tidak linear. Ada hari di mana kamu merasa baik-baik saja, ada hari di mana kamu mungkin mundur satu langkah saat mendengar lagu tertentu. Dan itu tidak apa-apa. Proses adalah proses.

Cara Praktis Memulihkan Batin


Baca Juga: 80 Caption Galau Singkat Penuh Makna, Siratkan Perasaan Sedih

Quotes adalah bahan bakar, tapi kamu tetap butuh mesin untuk bergerak. Berikut adalah beberapa langkah praktis, ringkasan dari semua fase di atas, yang bisa kamu lakukan secara nyata untuk mempercepat pemulihan.

Izinkan Diri Merasa (The Grieving Process)

Jangan lewati fase duka. Psikolog Elisabeth Kübler-Ross mengidentifikasi lima tahap duka (Denial, Anger, Bargaining, Depression, Acceptance). Kamu tidak harus mengalaminya secara urut, tapi kamu harus melewatinya. Izinkan dirimu marah, sedih, dan kecewa. Menekan emosi hanya akan membuatnya meledak di kemudian hari dalam bentuk yang lebih buruk.

Menulis Jurnal sebagai Terapi

Keluarkan semua pikiran racun di kepalamu ke atas kertas. Tulis surat untuknya (yang tidak perlu kamu kirim). Tulis tentang perasaanmu hari ini, sekacau apapun itu. Menulis membantu menjernihkan pikiran dan memproses emosi dengan cara yang sehat. Kertas tidak akan menghakimimu. Ini adalah cara murah dan efektif untuk terapi diri sendiri.

Fokus pada Apa yang Bisa Kamu Kontrol

Kamu tidak bisa mengontrol perasaannya. Kamu tidak bisa mengontrol tindakannya. Kamu tidak bisa mengontrol masa lalu. Yang bisa kamu kontrol adalah: responsmu, keputusanmu untuk *block* media sosialnya, keputusanmu untuk bangun pagi dan olahraga, dan keputusanmu untuk makan makanan sehat. Fokuslah pada lingkaran kontrolmu yang sempit itu, dan kuasai itu.

Kapan Harus Mencari Bantuan Profesional?

Jika rasa sedih itu berlangsung berbulan-bulan dan mulai mengganggu aktivitas sehari-harimu secara signifikan (tidak bisa bekerja, tidak mau makan, tidak bisa tidur, atau muncul pikiran menyakiti diri sendiri), tidak ada salahnya mencari bantuan profesional. Berbicara dengan psikolog atau konselor bukan tanda kamu gila atau lemah, itu tanda kamu serius ingin sembuh dan berani mengambil langkah untuk itu.

Kesimpulan: Luka yang Mendewasakan

Patah hati memang menyakitkan. Tidak ada yang menyangkal itu. Rasanya seperti duniamu berakhir. Tapi, seperti tulang yang patah, jika dirawat dengan benar, ia akan tumbuh kembali lebih kuat di bagian yang patah itu. Kamu akan jadi pribadi yang lebih dalam, lebih bijak, dan lebih menghargai dirimu sendiri. Kamu akan belajar membedakan mana cinta sejati dan mana hanya ilusi.

Jangan terburu-buru mencari pengganti hanya untuk mengisi kekosongan. Ambil waktu sebanyak yang kamu butuh. Rawat lukamu, peluk dirimu, dan kenali lagi siapa kamu. Percayalah, di ujung terowongan gelap ini, ada cahaya. Dan cahaya itu adalah dirimu sendiri, yang menunggu untuk ditemukan kembali, lebih utuh dan lebih bersinar.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak