Postingan.com — Kita hidup di era di mana "visual" adalah raja. Sebuah foto bukan lagi sekadar rekaman momen, tapi sebuah pernyataan. Khususnya foto portrait, tujuannya bukan cuma "oh, ini si A," tapi lebih ke "wow, karakter si A kuat banget." Dan puncak dari foto portrait yang 'bercerita' adalah look sinematik.
Itu lho, tampilan yang rasanya seperti di-pause dari adegan film layar lebar. Warnanya moody, pencahayaannya dramatis, dan ada 'rasa' yang dalam. Dulu, untuk mendapatkan look ini, kamu butuh keahlian color grading level dewa di Lightroom atau DaVinci Resolve, plus pemahaman mendalam soal sinematografi. Ribet? Banget.
Tapi sekarang, lanskapnya berubah total. Kehadiran AI, khususnya model generatif seperti DALL-E 3 (yang terintegrasi di ChatGPT Plus), Midjourney, atau bahkan tool AI di dalam Photoshop, memungkinkan kita 'memesan' look ini. Masalahnya, AI tidak bisa membaca pikiran. Kamu nggak bisa sekadar bilang, "Bikin jadi keren." Kamu butuh perintah yang tepat. Di sinilah peran prompt ChatGPT untuk edit foto menjadi krusial.
Kamu perlu menjadi sutradara yang memberi arahan presisi. Artikel ini bukan sekadar daftar copy-paste prompt. Ini adalah panduan lengkap untuk memahami logika di balik setiap perintah, sehingga kamu bisa mengubah foto portrait biasa jadi sebuah karya yang 'bicara'.
Apa Sih Sebenarnya 'Look Sinematik' Itu?
Sebelum kita melompat ke prompt, kita harus menyamakan persepsi. Apa yang bikin sebuah gambar terasa 'sinematik'? Kalau kita bedah, 'sinematik' bukanlah satu filter tunggal. Ini adalah kombinasi dari beberapa elemen visual yang bekerja sama untuk membangun mood dan cerita.
Bukan Sekadar Filter: Membedah DNA Sinematik
Banyak yang mengira sinematik itu sama dengan menambahkan letterbox (garis hitam di atas dan bawah). Salah besar. Itu cuma soal aspect ratio. DNA sinematik yang sesungguhnya terletak pada kedalaman. Foto kamu harus terasa punya dimensi, baik secara fisik (latar belakang yang blur atau bokeh) maupun emosional (ekspresi subjek yang didukung tone warna).
Peran Pencahayaan (Lighting) dalam Estetika Film
Ini dia kuncinya. Film adalah medium yang 'melukis' dengan cahaya. Look sinematik sering kali bermain dengan pencahayaan yang dramatis. Bukan sekadar terang dan jelas, tapi berani menggunakan bayangan untuk membentuk subjek. Pikirkan Rembrandt lighting (segitiga cahaya di pipi) atau split lighting (separuh wajah gelap). Cahaya inilah yang menciptakan volume dan misteri.
Color Grading: Palet Emosi dalam Sebuah Gambar
Di sinilah 'rasa' sebuah film ditentukan. Color grading sinematik itu disengaja. Coba perhatikan film-film blockbuster, banyak yang menggunakan palet Teal and Orange. Kenapa? Karena warna teal (biru kehijauan) di bayangan dan orange (oranye) di highlight (terutama warna kulit) menciptakan kontras yang enak dilihat. Ada juga bleach bypass yang desaturated untuk film perang, atau warna pastel sureal ala Wes Anderson. Warna adalah bahasa emosi.
Komposisi dan 'Aspect Ratio' yang Bikin Beda
Meskipun letterbox bukan segalanya, aspect ratio yang lebar (seperti 2.35:1) memang langsung memberi kesan 'bioskop'. Selain itu, komposisi sinematik sering kali sangat terencana. Mereka tidak takut menempatkan subjek di pinggir frame (mengikuti rule of thirds secara ekstrem) atau justru di tengah persis untuk menciptakan simetri yang kuat. Semua elemen ini—cahaya, warna, dan komposisi—adalah bahan bakar yang akan kita masukkan ke dalam prompt AI kita.
Memahami elemen-elemen ini adalah langkah awal. Kamu jadi tahu apa yang kamu minta. Kamu bukan minta 'filter', tapi kamu minta 'pencahayaan Rembrandt dengan color grade teal and orange'. AI jauh lebih mengerti perintah spesifik. Sekarang, mari kita pahami mengapa ChatGPT adalah partner terbaik untuk merumuskan perintah ini.
Mengapa ChatGPT Jadi 'Asisten Editor' Terbaik Kamu?
Penting untuk meluruskan satu hal: ChatGPT (sebagai model bahasa) pada dasarnya tidak mengedit foto kamu. Dia tidak membuka Photoshop dan menggeser slider. Perannya jauh lebih cerdas dari itu. ChatGPT adalah sparring partner kreatif, seorang arsitek perintah, atau—kalau mau lebih keren—co-director kamu.
ChatGPT Bukan Editor Foto, Tapi Arsitek Perintah
Anggap saja AI generator gambar (DALL-E, Midjourney, dll.) adalah seorang stuntman yang jago melakukan adegan apa saja, tapi dia butuh arahan yang sangat teknis. Nah, ChatGPT adalah sutradara yang menulis skrip adegan itu. Kamu memberi visi ("Aku ingin foto ini terasa sepi dan dingin"), dan ChatGPT menerjemahkannya menjadi bahasa yang dimengerti si stuntman AI ("Create a portrait with cool-toned color grading, high contrast shadows, and a desaturated palette, mimicking a 'Fincher-esque' aesthetic").
Memahami Konteks: Dari 'Gelap' Menjadi 'Film Noir'
Inilah kekuatan terbesar ChatGPT. Kamu mungkin hanya tahu kata 'gelap'. Tapi 'gelap' itu bisa berarti banyak hal. Apakah 'gelap' yang romantis? 'Gelap' yang misterius? Atau 'gelap' yang mencekam? ChatGPT, dengan pengetahuannya yang luas, bisa membantu kamu membedah kata 'gelap' itu. Kamu bilang 'gelap misterius', ChatGPT akan menyarankan: "Gimana kalau kita coba gaya Film Noir? Kita bisa mainkan low-key lighting dengan hard shadows dan kontras hitam-putih yang tajam." Tiba-tiba, visimu yang kabur jadi punya nama dan teknik.
Iterasi Cepat: Mencari 'Vibe' yang Tepat Tanpa Batas
Proses kreatif itu jarang sekali 'sekali jadi'. Kamu mungkin coba satu prompt, dan hasilnya "meh, kok gini?" Di sinilah prompt ChatGPT untuk edit foto berperan dalam proses iterasi. Kamu bisa bilang ke ChatGPT, "Hasilnya terlalu biru, aku mau lebih hangat tapi tetap moody." ChatGPT akan merespons, "Oke, kita kurangi 'cool tones'-nya, kita ganti dengan 'warm earthy tones' tapi tetap pertahankan 'low exposure' dan tambahkan 'soft vignetting'." Ini seperti punya asisten editor yang nggak pernah capek kamu ajak revisi.
Mengatasi 'Kutukan Pengetahuan' (Curse of Knowledge)
Kadang, fotografer profesional atau editor justru terjebak dengan istilah teknis. Mereka tahu apa itu 'split toning' tapi lupa bagaimana menjelaskannya secara deskriptif. Sebaliknya, orang awam tahu mood yang diinginkan tapi nggak tahu istilah teknisnya. ChatGPT menjembatani keduanya. Dia paham istilah teknis fotografi (lensa anamorphic, bokeh, f-stop) sekaligus paham bahasa 'rasa' (nostalgia, sepi, megah).
Jadi, ChatGPT adalah penerjemah visi kamu. Dia membantu merumuskan apa yang ada di kepala jadi instruksi teknis yang dimengerti AI. Tapi sebelum kita lihat contoh jadinya, kamu perlu tahu fondasi dasarnya dulu. Apa sih resep rahasia di balik sebuah prompt yang 'nendang'?
Fondasi Prompting: 5 Elemen Kunci Sebelum ke Contoh
Membuat prompt yang bagus itu seni. Kamu bisa asal lempar kata, tapi hasilnya akan acak. Prompt sinematik yang efektif biasanya terdiri dari beberapa 'blok' informasi yang saling melengkapi. Anggap ini seperti resep masakan. Kamu perlu tahu bahan-bahannya sebelum mulai memasak.
Elemen 1: Subjek dan Aksi (The Core)
Ini adalah inti dari fotomu. Siapa atau apa subjeknya? Sedang apa dia? Deskripsikan sejelas mungkin. "Perempuan muda" itu bagus, tapi "Perempuan muda dengan ekspresi melamun" itu lebih baik. "Melihat ke kamera" itu jelas, tapi "Melihat ke kamera dengan tatapan intens" itu sinematik.
Elemen 2: Setting dan Latar Belakang (The World)
Di mana subjek ini berada? Setting sangat menentukan mood. "Di jalanan kota" itu standar. Tapi "Di jalanan kota Tokyo saat malam hari, basah setelah hujan, dengan refleksi lampu neon di mana-mana" itu membangun dunia. Latar belakang yang detail, bahkan jika nanti akan dibuat blur (bokeh), memberi AI konteks yang kaya.
Elemen 3: Pencahayaan dan Atmosfer (The Mood)
Inilah elemen sinematik terpenting. Jangan cuma bilang 'terang' atau 'gelap'. Gunakan bahasa deskriptif. "Cahaya matahari sore yang hangat menembus jendela" (Golden Hour). "Hanya diterangi oleh satu lampu jalan yang redup" (Low-key). "Atmosfer berkabut di pagi hari" (Misty, Hazy). Ini adalah cara kamu 'menyetel' emosi foto.
Elemen 4: Parameter Teknis (Lensa, Kamera, Film Stock)
Di sinilah kamu berbicara bahasa fotografer. AI zaman sekarang mengerti istilah teknis. Kamu bisa menentukan 'lensa' yang kamu mau. "Difoto dengan lensa 85mm f/1.4" akan memberi tahu AI untuk menciptakan latar belakang blur (bokeh) yang cantik. Kamu juga bisa menyebutkan jenis film, seperti "Estetika film Kodak Portra 400" untuk tone warna kulit yang hangat dan grain yang halus.
Elemen 5: Referensi Gaya (Sutradara atau Genre)
Ini adalah jalan pintas yang sangat efektif. AI telah 'belajar' dari miliaran gambar, termasuk still dari film-film terkenal. Jika kamu ingin look yang moody, dingin, dan presisi, sebut saja "Dalam gaya David Fincher." Jika kamu ingin warna pastel yang simetris, sebut "Dalam gaya Wes Anderson." Ini adalah moodboard instan untuk AI.
Teori sudah, fondasi sudah. Sekarang saatnya mempraktikkan semua ini. Mari kita lihat bagaimana kelima elemen ini dirangkai menjadi perintah-perintah yang spesifik dan kuat.
15 Prompt ChatGPT untuk Edit Foto Portrait Jadi Sinematik
Kita akan membagi 15 prompt ini menjadi tiga bagian tematik: Masterclass Pencahayaan, Vibe & Color Grading, dan Komposisi & Lensa. Setiap prompt adalah template awal. Jangan ragu untuk mengubah subjek, lokasi, atau detail lain sesuai kebutuhan foto kamu.
Bagian 1: Masterclass Pencahayaan dan Suasana (Prompts 1-5)
Pencahayaan adalah nyawa dari sinematografi. Mari kita mulai dengan mengontrol sumber cahaya dan bayangan untuk menciptakan drama.
1. The 'Golden Hour' Dream
Ini adalah look klasik yang disukai semua orang. Cahaya hangat, bayangan panjang, dan nuansa magis.
Prompt: "Close-up portrait photo of a woman, shot during golden hour. Lighting is very warm and soft, coming from the side and creating a gentle rim light on her hair. The background is a meadow with creamy bokeh, featuring artistic anamorphic lens flare and dust particles floating in the air. Overall color tone is warm with soft, delicate shadows."
Mengapa ini berhasil: Prompt ini sangat spesifik soal kualitas cahaya ('warm', 'soft', 'rim light') dan atmosfer ('lens flare', 'dust particles'). Ini lebih dari sekadar "saat matahari terbenam."
2. Misteri 'Rembrandt Lighting'
Dinamai sesuai gaya lukisan pelukis Belanda, ini adalah tentang kontras dramatis dan segitiga cahaya ikonik di pipi.
Prompt: "Dramatic portrait of a middle-aged man with classic Rembrandt lighting. One side of his face is brightly lit while the other side falls into deep shadow, leaving a small triangle of light under the eye. Background is pure black with strong vignetting. Skin texture is very detailed and sharp. Color grading is monochrome or heavily desaturated with high contrast."
Mengapa ini berhasil: Menggunakan istilah teknis "Rembrandt lighting" memberi AI instruksi yang sangat presisi tentang peletakan bayangan. "Tekstur wajah detail" menambah kesan grit atau ketegasan.
3. Neon Noir di Lorong Gelap
Vibe cyberpunk dan blade runner. Ini adalah tentang cahaya buatan yang berwarna-warni dan kontrasnya dengan kegelapan.
Prompt: "Medium-shot portrait of a woman standing in a dark city alley at night. The main light source comes from pink and cyan neon signs glowing behind her. Neon light reflects on her wet leather jacket and in the puddles on the street. Overall mood is moody, gritty, and futuristic, with a strong cyberpunk feel."
Mengapa ini berhasil: "Neon pink dan cyan" adalah palet warna spesifik. "Jaket kulit basah" dan "genangan air" memberi AI instruksi untuk bermain dengan refleksi cahaya, yang sangat penting untuk look neon noir.
4. Siluet Dramatis Saat Matahari Terbenam
Kadang, sinematik berarti menyembunyikan detail. Siluet adalah cara kuat untuk menceritakan kisah tanpa menunjukkan wajah.
Prompt: "Full-body silhouette portrait of a couple standing on top of a hill, facing an explosive sunset. The sky is filled with vivid orange, red, and purple tones. The subjects are completely pure black, but their outlines are crisp and clean. A wide-angle lens is used to capture the full drama and scale of the sky."
Mengapa ini berhasil: Prompt ini fokus pada kontras ekstrem. "Eksplosif" dan "menyala" memberi tahu AI untuk membuat langit menjadi bintang utamanya, sementara "sepenuhnya hitam pekat" memastikan subjek tetap menjadi siluet yang bersih.
5. Cahaya 'Window Lighting' yang Lembut (Soft Light)
Tidak semua sinematik harus dramatis. Look ini sering digunakan di film indie atau drama—lembut, natural, dan introspektif.
Prompt: "Calm indoor portrait of a woman sitting near a large window on an overcast day. Soft natural window light illuminates half of her face, creating a very smooth and gradual shadow transition (soft falloff). Color grading uses cool tones and is slightly desaturated. The overall atmosphere feels quiet, introspective, and melancholic."
Mengapa ini berhasil: "Hari yang mendung" (overcast day) adalah instruksi spesifik untuk sumber cahaya yang diffused (tersebar) dan lembut. "Transisi bayangan yang sangat halus" adalah kunci dari look ini.
Bagian 2: Color Grading dan Vibe Spesifik (Prompts 6-10)
Jika pencahayaan adalah kerangka, color grading adalah kulit dan pakaiannya. Ini adalah tentang 'rasa' dan palet warna.
6. Estetika 'Teal and Orange' ala Hollywood
Palet warna blockbuster yang paling ikonik. Warna kulit (oranye) dibuat pop kontras dengan latar belakang atau bayangan (biru/teal).
Prompt: "Medium-shot portrait of an adventurer. Apply strong Teal and Orange color grading. The subject’s skin tones are warm and vibrant, leaning toward orange, while the shadows and environment (sky, water, foliage) are pushed toward teal or cyan. Add a subtle vignette to draw the viewer’s attention toward the subject."
Mengapa ini berhasil: Menyebutkan "Teal and Orange" secara eksplisit adalah cara termudah. Memperjelas di mana warna itu diterapkan ('skin tones' vs 'shadows/environment') membuat AI lebih akurat.
7. 'Desaturated Bleach Bypass' (Gaya Militer/Perang)
Sering terlihat di film seperti Saving Private Ryan. Tampilannya keras, kontras tinggi, warna pudar, dan grainy.
Prompt: "Extreme close-up portrait of a soldier or athlete. Use an intense bleach bypass effect: very high contrast, deep, crushed shadows, and heavily desaturated colors, almost monochrome. Highlights are slightly overexposed. Add rough, visible film grain and very pronounced skin texture for a raw, gritty feel."
Mengapa ini berhasil: "Bleach bypass" adalah istilah teknis dalam pemrosesan film. Menggabungkannya dengan "kontras sangat tinggi" dan "film grain kasar" akan menghasilkan look yang raw dan intens.
8. 'Vibrant Wes Anderson' (Symmetry & Pastel)
Sinematik tidak harus gelap. Gaya Wes Anderson adalah tentang simetri yang kaku, palet warna pastel yang cerah, dan nuansa quirky.
Prompt: "Perfectly symmetrical portrait with dead-center composition. The subject stares straight into the camera with a neutral, almost expressionless face. Use a very specific pastel color palette: mint green, baby pink, and custard yellow. Lighting is flat with minimal shadows. Background elements are neatly arranged and meticulously organized."
Mengapa ini berhasil: Kunci sukses look ini adalah "simetris sempurna" dan "palet warna pastel." "Pencahayaan datar" juga penting, karena gaya ini menghindari drama bayangan.
9. Mood 'Cyberpunk' (Magenta dan Cyan)
Berbeda dari 'Neon Noir', ini lebih spesifik tentang palet warna. Look ini sering menggunakan split toning di mana highlight berwarna satu (misal: cyan) dan shadow berwarna lain (misal: magenta).
Prompt: "Futuristic portrait with extreme split-toning color grading. Push the highlights toward cyan or electric blue and the shadows toward magenta or deep purple. The subject wears futuristic glasses that reflect the city lights. Add a subtle chromatic aberration effect along the edges of the frame to enhance the digital, cyberpunk vibe."
Mengapa ini berhasil: "Split toning," "highlight ke cyan," dan "shadow ke magenta" adalah instruksi teknis color grading. "Chromatic aberration" (pergeseran warna di tepian) menambah nuansa digital dan futuristik.
10. Nostalgia 'Vintage Film Look' (Grain dan Faded)
Menciptakan kembali tampilan foto dari era 70-an atau 80-an. Warnanya sedikit pudar, hitamnya tidak pekat, dan ada grain.
Prompt: "Edit this portrait so it looks like a vintage film print from the 1970s. Apply clearly visible film grain. Use warm color grading with a slight yellow cast. Lift the black point to create a faded, matte look, and make the highlights soft and slightly creamy."
Mengapa ini berhasil: "Titik hitam diangkat" atau "faded look" adalah instruksi kunci untuk matte finish yang khas. "Film grain" dan "tone kekuningan" melengkapi ilusi nostalgia.
Bagian 3: Komposisi dan Referensi Sutradara (Prompts 11-15)
Bagian ini adalah tentang bagaimana kamu 'membingkai' subjek dan menggunakan bahasa sinematik dari para maestro.
11. Gaya 'Fincher-esque' (Cool, Moody, Underexposed)
Gaya sutradara David Fincher (Se7en, The Social Network). Selalu moody, sedikit underexposed (kurang cahaya), dan palet warnanya dingin (hijau atau biru).
Prompt: "Moody portrait in the style of David Fincher. The image is intentionally slightly underexposed. The color palette is very limited, dominated by cool tones like olive green or steel blue. Use low-key lighting that focuses attention on the subject’s eyes. The overall atmosphere should feel tense, controlled, and calculated."
Mengapa ini berhasil: Menyebut nama "David Fincher" adalah shortcut yang kuat. Memperjelasnya dengan "underexposed" dan "cool tones" memastikan AI menangkap esensi gaya tersebut.
12. 'Tarantino's Extreme Close-Up' (Intens dan Personal)
Quentin Tarantino suka menggunakan extreme close-up (ECU) untuk menekankan dialog atau emosi. Ini adalah tentang intensitas.
Prompt: "Portrait with an extreme close-up (ECU), cropped very tightly so only the subject’s eyes and part of the nose are visible. Shot with a wide-angle lens from a very close distance to introduce a slightly intense distortion. Focus is razor-sharp on the eyes. The eyes should show a strong, intense emotion such as anger or unwavering determination."
Mengapa ini berhasil: "ECU," "cropping ketat," dan "lensa wide-angle dari jarak dekat" adalah resep untuk menciptakan look yang tidak nyaman namun magnetik, persis seperti gaya Tarantino.
13. 'Bokeh' Mendalam dan Subjek Terisolasi
Ini adalah teknik sinematik klasik untuk memisahkan subjek dari latar belakang, membuat mereka menjadi satu-satunya fokus.
Prompt: "Full-body portrait shot with a 135mm telephoto lens at f/1.8. The subject (for example, a bride) stands in the middle of a busy city street. Create extremely deep, creamy bokeh that turns the city lights in the background into beautiful blurred circles of light. The subject is perfectly isolated from the chaos and crowd around them."
Mengapa ini berhasil: Menyebutkan parameter teknis "135mm f/1.8" adalah instruksi langsung ke AI untuk menciptakan depth of field (ruang tajam) yang sangat tipis, menghasilkan bokeh yang masif.
14. 'Wide-Angle Environmental Portrait'
Kebalikan dari bokeh, environmental portrait justru ingin menunjukkan subjek dalam lingkungannya. Ceritanya ada di interaksi subjek dan tempat.
Prompt: "Environmental portrait of an artist inside a messy studio. Use a wide-angle lens (for example, 24mm) to capture both the subject and the entire room. Use deep focus so the subject and the background details in the studio (canvases, paint, tools) are all sharp and clearly visible. Compose the frame using the rule of thirds, placing the artist on one of the thirds lines."
Mengapa ini berhasil: "Lensa wide-angle" dan "deep focus" adalah instruksi yang berlawanan dengan bokeh, memerintahkan AI untuk menjaga semuanya tetap tajam dan kaya akan konteks.
15. 'The 'Anamorphic Lens' Flare'
Lensa anamorphic adalah yang menciptakan flare (garis cahaya horizontal) biru yang khas di film-film J.J. Abrams dan Michael Bay.
Prompt: "Night-time portrait. The subject stands with their back to a strong light source, such as car headlights or a bright street lamp. Create a signature horizontal anamorphic lens flare stretching across the frame. Add characteristic oval-shaped bokeh in the background to mimic real anamorphic glass. Apply cool color grading with strong contrast for a cinematic blockbuster feel."
Mengapa ini berhasil: "Lens flare anamorphic horizontal" dan "bokeh oval" adalah dua ciri khas yang tidak bisa salah dari lensa ini. Ini adalah prompt teknis yang memberikan hasil visual yang sangat spesifik dan sinematik.
Beyond the List: Tips Pro untuk Iterasi Tanpa Henti
Punya 15 prompt ini adalah awal yang bagus. Tapi keajaiban sesungguhnya terjadi saat kamu mulai 'merusak' dan 'menggabungkan' prompt ini. Di sinilah prompt ChatGPT untuk edit foto benar-benar bersinar sebagai partner kreatif.
Gunakan Fitur 'Custom Instructions' di ChatGPT
Jika kamu sering bekerja dengan gaya tertentu, gunakan fitur Custom Instructions (jika tersedia). Kamu bisa memberitahu ChatGPT: "Setiap kali saya meminta prompt foto sinematik, saya ingin Anda selalu menyertakan referensi lensa (misal: 85mm) dan palet warna (misal: moody cool tones)." Ini menghemat waktu dan membuat hasil lebih konsisten.
Teknik 'Chaining': Menggunakan Jawaban AI Sebelumnya
Jangan pernah puas dengan jawaban pertama. Gunakan teknik chaining.
Kamu: (Gunakan Prompt #3: Neon Noir)
AI: (Menghasilkan gambar)
Kamu: "Bagus. Sekarang, ambil vibe yang sama, tapi ganti palet warnanya jadi pink dan teal. Dan tambahkan kabut tebal di jalanan."
Ini adalah proses kolaboratif. Setiap perintah baru adalah revisi, bukan permintaan baru dari nol.
Jangan Takut 'Berantakan' (The Power of Negative Prompts)
Kadang, memberi tahu AI apa yang tidak kamu inginkan sama pentingnya. Jika AI terus-terusan memberi kamu gambar yang terlalu bersih, kamu bisa tambahkan "hindari tampilan digital yang steril" atau "tambahkan sedikit motion blur." Di beberapa platform, kamu bisa menggunakan parameter negative prompt secara eksplisit (misal: --no clean, --no perfect skin).
Menggabungkan Gaya: Apa Jadinya 'Wes Anderson' di Era 'Blade Runner'?
Inilah bagian yang paling seru. Apa jadinya jika kamu menggabungkan dua gaya yang bertabrakan?
"Ciptakan environmental portrait bergaya Wes Anderson (simetris, pastel), tapi di lokasi cyberpunk (neon, hujan). "
Hasilnya bisa jadi unik dan segar, sesuatu yang belum pernah kamu lihat sebelumnya.
"AI generatif tidak menggantikan seniman. AI menggantikan pekerjaan kasar. Visi kreatif, selera, dan kemampuan mengarahkan—itulah yang sekarang menjadi 'keahlian' utama. Prompt yang bagus adalah brief yang bagus. Dan di dunia sinematik, sutradara dengan brief terbaiklah yang menang."
— Kutipan dari seorang (hipotetis) AI Art Director
Kesimpulan: Kamu Adalah Sutradaranya
Mengubah foto portrait biasa menjadi karya sinematik bukan lagi monopoli studio besar dengan peralatan mahal. Dengan bantuan AI dan ChatGPT, kekuatan itu kini ada di ujung jarimu. Kuncinya bukan pada tool apa yang kamu pakai, tapi pada instruksi apa yang kamu berikan.
Kelima belas prompt ChatGPT untuk edit foto di atas adalah titik awal kamu. Mereka adalah 'bahasa' untuk berkomunikasi dengan AI. Anggap setiap prompt sebagai skenario. Kamu adalah sutradaranya, ChatGPT adalah asisten sutradara, dan AI gambar adalah krunya. Sekarang, ambil kamera (atau foto lama kamu) dan mulailah 'syuting' mahakarya kamu.
Jangan takut untuk bereksperimen. Ubah lokasinya, ganti pencahayaannya, campur aduk palet warnanya. Karena pada akhirnya, look sinematik yang paling kuat adalah yang berhasil menceritakan kisah yang ada di kepala kamu.
